Koi Herves Virus (KHV): Penyebab Kematian Massal pada Ikan Mas dan Koi

Pendahuluan     Identifikasi dan Karakterisasi     Morfologi    Kesimpulan     Referensi

Pendahuluan

Budidaya ikan yang intensif tanpa diikuti dengan sistem biosekuriti yang baik sering mengakibatkan adanya penyebaran penyakit yang cepat antar populasi ikan, baik secara lokal, regional ataupun antar negara. Beberapa penyakit dapat menyerang tanpa membedakan jenis inangnya sedangkan yang lain bersifat spesifik-inang. Penyakit yang diakibatkan virus biasanya bersifat khusus pada famili yang memiliki kekerabatan dekat atau bahkan hanya pada jenis tertentu. Umumnya, penyakit yang diakibatkan virus dapat menimbulkan penyakit yang akut dan kematian. Pada famili cyprinid, beberapa virus yang pernah dilaporkan menyebabkan penyakit akut, antara lain: rhabdovirus, corona-like virus, iridovirus dan herpesvirus (Hutoran, et al., 2005). Herpesvirus pada ikan secara umum diidentifikasi sebagai penyebab penyakit mulai dari infeksi sisik hingga infeksi sistemik yang fatal (Gilad, et al., 2003). Pada herpesvirus yang menyerang cyprinid, sebelumnya sudah dikenal adanya pox herpesvirus ikan mas (Cyprinid herpesvirus 1, CyHV-1) dan haematopoietic necrosis herpesvirus ikan maskoki (Cyprinid herpesvirus 2, CyHV-2) (Waltzek, et al., 2005).

Satu virus baru yang dapat menyebabkan kematian secara masal telah menyerang ikan mas (Cyprinus carpio) dan koi (Cyprinus carpio koi) dilaporkan mulai terjadi pada awal Tahun 1996 di Inggris (Ilouze, et al., 2006a), musim semi Tahun 1998 di Israel (Perelberg, et al., 2003) dan Korea (Choi, et al., 2004) dan menyebar ke Amerika Utara, Eropa dan Asia Tenggara (Dishon, et al., 2002) termasuk Indonesia. Di Jepang, wabah penyakit ini terjadi pada Oktober 2003 di Danau Kasumigura yang merupakan tempat utama produksi budidaya ikan mas (Haramoto, et al., 2007), sedangkan di Amerika, isolat virus sudah didapatkan pada Tahun 1998 dan wabah penyakit ini sudah menyebabkan kematian pada ikan mas liar di Sungai Chadakoin pada Tahun 2004 (Grimmett, et al., 2006). Penyakit ini dapat menyerang berbagai ukuran ikan mulai larva hingga induk, biasanya terjadi pada kisaran suhu 18-28 oC dan dapat menyebabkan kematian 80-100% (Perelberg, et al., 2003; Gilad, et al., 2003; Ilouze, et al., 2006a). Pada ikan sakit, paling sering teramati luka pada insang, sisik, ginjal, limfa, jantung dan sistem gastrointestinal (Ilouze, et al., 2006a). Secara visual pada bagian eksternal tubuh, dapat teramati adanya warna sisik yang gelap dan nekrosis insang yang akut (Choi, et al., 2004) dan hemoragik pada dasar sirip punggung, sisip dada, dan sirip anus (Grimmett, et al., 2006), sedangkan secara histologi dapat teramati adanya perubahan pada insang berupa kehilangan lamela (Pikarsky, et al., 2004).

Serangan virus ini telah menyebabkan kerugian yang sangat besar pada industri akuakultur mengingat dua jenis ikan yang diserang merupakan komoditas utama ikan konsumsi dan ikan hias. Di Israel, penyakit ini telah menyebar ke 90% budidaya ikan mas di semua bagian negara (Perelberg, et al., 2003). Hal serupa juga terjadi di Indonesia, penyebaran penyakit ini telah melintasi hampir semua daerah budidaya ikan mas.  Kegiatan budidaya yang intensif, pameran ikan koi dan perdagangan aktif domestik dan internasional yang hampir tidak ada pembatasan dan pemeriksaan atau penerapan program karantina merupakan penyebab penyebaran yang sangat cepat penyakit ini secara global (Gilad, et al., 2003, Pikarsky, et al., 2004).

Secara khas penyakit ini sangat menular namun serangan yang dapat menyebabkan sakit atau kematian hanya terbatas pada ikan mas dan koi. Ikan lain yang memiliki kekerabatan sangat dekat, seperti ikan maskoki (Carassius auratus), grass carp (Ctenopharyngodon idella) dan silver carp (Hypophthalmichthys molitrix), ataupun dari famili lainnya seperti silver perch (Bidyanus bidyanus) dan tilapia (Oreochromis niloticus) telah ditemukan resisten penuh terhadap penyakit tersebut, bahkan setelah perlakuan kohabitasi selama lima hari dengan ikan sakit pada kisaran temperatur 23-25 oC yang memungkinkan penyakit menular (Perelberg, et al., 2003).

Meskipun virus ini sudah dapat diisolasi, morfologinya sudah dikaji secara intensif dengan mikroskop elektron, ukuran molekul genom sudah diestimasi dan sekitar 16% sequence genom tersebut sudah didapatkan dan dipublikasikan, namun nomenklatur virus ini belum ditentukan oleh International Committe on Virus Taxonomy (Ilouze, et al., 2006a). Nomenklatur virus dapat berdasarkan manifestasi morfologi, efek pathogenis atau manifestasi klinis, jenis hewan yang digunakan sebagai inang, sifat antigenik, karakteristik pertumbuhan, jenis pengaruh cytophatik pada sel kultur ataupun berdasarkan homologinya dengan virus lain yang sudah diketahui (Waltzek, et al., 2005, Ilouze, et al., 2006a).

Identifikasi dan Karakterisasi

Berdasarkan isolasi virus dengan menggunakan galur sel sirip koi (KF-1) yang identik dengan virus yang ditemukan pada jaringan ikan yang terinfeksi, Hedrick dan koleganya telah menyebut virus ini sebagai Koi Herpesvirus (KHV) (Gilad, et al., 2002). Namun dengan menggunakan genome virus yang diisolasi telah ditemukan virus ini memiliki DNA viral yang sangat berbeda dan molekul DNA untai ganda (dsDNA) sebesar 270-290 kbp (Hutoran, et al., 2005) yang menunjukkan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan herpesvirus lain yang sudah diketahui yaitu 120-240 kbp (McGeoch, et al., 2000).

Dengan karakteristik yang berbeda dengan yang ditunjukkan oleh famili herpesvirus dan berdasarkan pathobiologi penyakit ini pada ikan mas dengan menggunakan immunohistokimia, virus ini disebut juga sebagai Carp Interstitial Nephritis and Gill Necrosis Virus (CNGV) (Dishon, et al., 2002, Pikarsky, et al., 2004). Penentuan kedekatan virus ini dengan menggunakan analisis sequence dibandingkan dengan tiga famili herpesviridae yaitu pox herpesvirus ikan mas (Cyprinid herpesvirus 1, CyHV-1), haematopoietic necrosis herpesvirus ikan mas koki (Cyprinid herpesvirus 2, CyHV-2) dan channel catfish virus (Ictalurid herpesvirus 1, IcHV-1), telah menunjukkan virus ini berkerabat dengan dengan CyHV-1 dan CyHV2 dan diusulkan dengan nama Cyprinid herpesvirus 3 (CyHV-3) (Waltzek, et al., 2005). Virus ini juga diusulkan untuk dikelompokkan bersama herpesvirus akuatik lainnya sebagai alloherpesviridae (Ilouze, et al., 2006b) diluar famili herpesviridae klasik yang sudah dikenal memiliki tiga subfamili Alpha-, Beta-, dan Gammaherpesvirinae (McGeoch, et al., 2000). Namun demikian secara umum, virus ini telah lebih dikenal sebagai KHV seperti penamaan pertama kalinya.

Ilouze, et al. (2006a) menyebutkan KHV telah dapat dikonfirmasi sebagai agen penyebab penyakit masal yang menyebabkan kematian pada ikan mas dan koi berdasarkan pada data, sebagai berikut: 1) virus dapat diisolasi dari ikan yang sakit dan tidak dari ikan yang sehat (naive specimen), 2) inokulasi virus yang ditumbuhkan pada media sel sirip koi (KFC) dan menyebabkan sakit yang sama pada naive specimen, 3) ko-kultivasi sel ginjal dari spesimen yang diinduksi penyakit dapat menghasilkan virus yang sama ketika ditumbuhkan pada media KFC, 4) transfer virus dari ikan sakit ke media kultur sirip ikan mas (CFC) dalam tiga siklus dapat dilakukan, 5) isolasi virus yang diklon pada kultur jaringan dapat menginduksi penyakit yang sama pada ikan, 6) sera kelinci yang dibuat untuk melawan virus yang dimurnikan dapat berinteraksi secara spesifik dengan jaringan yang berasal baik dari ikan yang diinfeksi pada eksperimen ataupun dari ikan sakit dari kolam, dan 7) DNA viral telah didentifikasi pada KFC yang dinfeksi dan pada ikan sakit tetapi tidak dari ikan sehat. Identifikasi awal KHV ini telah memudahkan diagnosis penyakit dengan infeksi KFC, PCR dan metode immunologi (Ilouze, et al., 2006a).

KHV memiliki 31 polipeptida virion dimana 12 diantaranya memiliki berat molekul yang sama dengan herpesvirus cyprini (CHV) dan 10 virion sama dengan channel catfish virus (CCV) (Gilad, et al., 2002). Genom KHV adalah molekul linear dsDNA dengan ukuran sekitar 270-290 kbp dan berbeda dibandingkan dengan herpesvirus lain yang sudah diketahui, diantaranya vaccinia virus (sekitar 185 kbp) dan herpes simplex virus type 1 (sekitar 150 kbp) (Hutoran, et al., 2005). Waltzek, et al. (2005) telah menunjukkan sekuen asam amino KHV pada gen DNA helicase (GenBank accession no. AY939857), intercapsomeric triplex (GenBank accession no. AY939859), DNA polymerase (GenBank accession no. AY939862) dan major capsid protein (GenBank accession no. AY939864).

KHV memiliki dua gen yang belum pernah didapatkan pada genome anggota herpesviridae, yaitu: thymidylate kinase (TmpK), serine protease inhibitor (Ilouze, et al., 2006a), dan menghasilkan sekurangnya empat gen yang mengkode protein yang sama dengan yang diekspresikan oleh virus pox, yaitu: thymidylate kinase (TmpK), ribonucleotide reductase (RNR), thymidine kinase (TK) dan B22R-like gene (Ilouze, et al., 2006b). Sekuen TK telah diisolasi dan dikembangkan untuk analisis PCR dan dapat mengamplifikasi fragmen template DNA KHV pada 409 bp dan tidak dapat mengamplifikasi fragment template CCV, CHV ataupun galur sel KF-1 (Bercovier, et al., 2005).

Morfologi

KHV memiliki ukuran diameter 170-230 nm (Haramoto, et al., 2007), sedangkan inti virus berukuran 100-110 nm dengan bentuk icohedral (Hutoran, et al., 2005). Partikel inti ditemukan juga berbentuk circular atau poligonal dengan diameter 78-84 nm dan ekstraseluler virus terbungkus sebagai virion matang dengan diameter sekitar 133 nm (Choi, et al., 2004). Hasil pemotongan tipis pellet virus yang telah dimurnikan menunjukkan adanya partikel yang terbungkus dengan struktur seperti benang pada permukaan inti (Hutoran, et al., 2005). Antara pembungkus dengan nucleocapsid dipisahkan oleh celah electron-lucen sekitar 10 nm (Choi, et al., 2004). KHV juga berisi daerah padat-elektron asimetrik yang relatif kecil di dalam inti viral yang kemungkinan merupakan DNA genomik dan kompleks nucleoprotein (Hutoran, et al., 2005). Virus ini memiliki kepadatan bouyant sebesar 1.16 g/ml (Ilouze, et al., 2006a) dapat dipurifikasi menggunakan sentrifugasi pada gradient sukrosa dengan pita 37-39% sukrosa (Hutoran, et al., 2005).

Kesimpulan

Kematian masal yang terjadi pada ikan mas dan koi telah dikonfirmasi disebabkan oleh serangan virus. Hasil analisis morfologi menunjukkan virus ini termasuk ke dalam kelompok Herpesviridae sehingga disebut sebagai Koi Herpesvirus (KHV). Penelitian lebih lanjut menunjukkan virus ini memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan herpesviridae pada umumnya sehingga disebut sebagai Carp Interstitial Nephritis and Gill Necrosis Virus (CNGV) dan berdasarkan pada kedekatannya dengan Cyprinid Herpesvirus, virus ini disebut pula sebagai Cyprinid herpesvirus 3 (CyHV-3). Penelitian mengenai biologi dan phylogenik virus ini nampaknya akan terus berlanjut untuk memastikan apakah virus ini dapat dikelompokan bersama herpesvirus akuatik lainnya dan apakah virus ini dapat termasuk kelompok herpesviridae.

Referensi

Semua bahan referensi yang disebut pada tulisan ini didapatkan secara resmi melalui kontak dengan penulisnya atau yang tersedia secara free di internet.  Bagi yang memerlukan silahkan menghubungi juraganindoor@yahoo.co.id

17 Tanggapan to “Koi Herves Virus (KHV): Penyebab Kematian Massal pada Ikan Mas dan Koi”


  1. 1 Savitri. D Agustus 8, 2007 pukul 7:48 am

    Saya tertarik dengan artikel yang menuliskan tentang kematian masal yg meyerang ikan.
    Bagaimana caranya agar kita mengetahui penyebab kematian pada ikan?khususnya secara mikrobiologi karena banyak faktor yang menyebabkan kematian pada ikan. Terima kasih.

  2. 2 juraganindoor Agustus 8, 2007 pukul 9:17 am

    penyakit yg menyebabkan kematian pd ikan biasanya memiliki tanda-tanda yg tertentu, baik virus, bakteri ataupun parasit. berdasarkan tanda2 yang ada, kemudian dilakukan test utk memastikan penyebabnya. pd kasus KHV, selain diagnosis dg PCR (utk virus) sering juga dilakukan uji bakteri. utk info lanjut mungkin anda bisa mengunjungi http://www.fishdoc.co.uk/

  3. 3 prasasti Agustus 30, 2007 pukul 8:29 am

    saya ingin berkonsultasi, ikan-ikan mas di kolam saya mulai mati satu persatu. Tanda-tandanya:
    – pada sisik terdapat luka seperti buduk
    – ikan lemas dan tidak mau makan
    yang saya ingin tanyakan, apakah penyebab kematiannya tersebut? apakah parasit atau yg lainnya? sumber masalahnya darimana? pengairan, makanan, atau yang lainnya? karena kematian massal ini sudah terjadi 2 kali sebelumnya. Kemudian, apa yang harus saya lakukan, pada ikan yang sudah terinfeksi (belum mati) dan yg masih sehat? apa pula yang harus saya lakukan pada kolamnya?
    Terima Kasih

  4. 4 aam STP Jakarta39 November 29, 2007 pukul 10:57 pm

    kita tahu saat ini mulai banyak yang menggemari budidaya ikan khususnya yang memiiliki kekerabatan dengan ikan mas. Namun untuk perlakuan preventif dalam proses budidaya bagi masyarakat dengan modal pas-pasan..apakah mungkin mereka harus melakukan uji yang biasa dilakukan oleh para laborat…tentunya tidak.., dengan sanagat menyesal pastinya mereka umumnya melakukan apa yang disebut panen paksa jikalau berbagai elemn budidaya sudah terinfeksi! Maaf sekedar bertanya…adakah suatu bahan yang mampu memutuskan jaringan perkembangbiakan hidup virus tersebut tanpa harus dipanen…..ya tentu saja yang kira-kira dapat ditemukan secara alami dan murah…hal ini bagi masyarakat perikanan

  5. 5 Daniel Juli 4, 2008 pukul 10:21 am

    Ikan koi saya sudah sejak seminggu lalu mulai mati satu persatu , sampai saat ini sudah 7 ekor, ciri2nya sisiknya mengeluarkan lendir putih, insangnya rusak dengan bercak2 putih, organ perutnya juga rusak,.
    Apakah kena virus ? Obat apa yang bisa mencegah yang lain tidak kena ?
    Kalau di kolam tanah (mud pond) ukuran 30 X 12 X 2 dengan air mengalir dari kali dan mata air, apakah bisa menular juga ke ikan lainnya ?

  6. 6 hesta Juli 14, 2008 pukul 1:59 pm

    saya minta nama penulis kHV yang berjudulKoi Herves Virus (KHV): Penyebab Kematian Massal pada Ikan Mas dan KoiDiterbitkan Juli 24, 2007 mas, dan literaturnya

    Trim,s
    Hesta

  7. 7 fahri, spi Oktober 24, 2008 pukul 6:18 pm

    saya minta dibantu tentang jurnal2 mslh penyakit2 viral pada ikan / udang. mohon dikirim ke e-mail : rien_marewo@yahoo.co.id
    Thanks sebelumnya.

  8. 8 juraganindoor Oktober 27, 2008 pukul 9:22 pm

    Anda dapat menemukan tips mencari literatur ilmiah (genetik, reproduksi, kesehatan, nutrisi, lingkungan, dll), publikasi internasional (sayangnya tidak banyak yang publikasi/jurnal Indonesia yang online), disini.
    selamat mencoba

  9. 9 Joko Arianto Desember 2, 2008 pukul 11:03 am

    Yth. Penggemar Ikan Mas & Koi

    Salam,

    Berita gembira, karena sebentar lagi akan beredar vaksin untuk Koi Herpes Virus (KHV) di Indonesia.

    B/R

    Joko

  10. 10 esti Januari 21, 2009 pukul 2:25 pm

    sebenernya yang ditakuttin bukan hanya khv tapi virus mutasi gennya.karna banyak virus yang bisa nyisip ke bakteri atau sumber penyakit lain
    klo khv bisa diobatin atau dimusnahkan,harus hati-hati karna ada patogen lain yang bs lebih ganas

  11. 11 Joko Februari 11, 2009 pukul 9:23 am

    Dear Esti

    Mo tanya dong? Mutasi gen apa yang dikuatirkan? apakah mutasi gen dari virus KHV nya atau mutasi gen dari vaksin virus KHV nya?
    terima kasih

  12. 12 Yati April 5, 2009 pukul 2:31 pm

    Dear all,
    Vaksin apa yang mau beredar? Yang dari Kovak? Bukankan itu vaksin hidup yang dilemahkan dan berpotensi untuk melakukan infeksi? jadi dia bisa aktif kembali apabila kondisi lingkungan memungkinkan atau proses atenuasi tidak sempurna. Hati-hati lho, ada sekuen imunogenik yang berbeda antara yang di Indonesia dengan vaksin dari daerah asalnya sana setelah disekuensing dan disejajarkan dengan data di GenBank. Vaksin yang baik yang menggunakan isolat lokal, karena bahan untuk membuat vaksin dan virusnya sendiri kompatibel.
    Mudah-mudahan pemerintah Indonesia peduli untuk mengembangkan vaksin sendiri, bukan menghambur-hamburkan uang untuk beli vaksin impor yang belum tentu cocok dengan virus KHV yang di Indonesia.
    Yang diperlukan masyarakat Indonesia saat ini bukan pejabat bermental broker, tapi negarawan yang peduli untuk urusan negerinya saat ini dan yang akan datang alias punya visi ke depan. Bukan menjadikan negerinya sebagai pasar dan seterusnya menjadi pasar barang impor.

    • 13 Palar Batubara Maret 23, 2010 pukul 9:05 pm

      Benar bahwa seharusnya demikian apabila kita telah mampu melakukan penelitian yang nota benenya sangat mahal dan memerlukan dukungan>menurut hemat kami tidak masyalah apabila vaccsine tersebut di import tapi harus diuji dulu kemampuannya seperti yang anda sampaikan.Untuk itu kami telah melakukan uji coba dengan menggunakan vaccsine tersebut dan memang hasilnya sangat_sangat menggembirakan.

  13. 14 agustian Mei 27, 2009 pukul 11:25 pm

    mas, bolehkah saya meminta tulisan lengkap mas dg judul “Koi Herves Virus (KHV): Penyebab Kematian Massal pada Ikan Mas dan Koi” yang diatas,?
    tolong dikirm ke seaghost_na2na@yahoo.com

  14. 15 fenty Februari 3, 2010 pukul 7:55 am

    mas, apakah pemeriksaan KHV pada ikan mas dengan PCR targetnya cm pada insang?

  15. 16 yuliyanti zaenal Februari 12, 2010 pukul 10:27 am

    mba minta artikel atau jurnal yg memuat tentanh ekspresi DNA setelah pemberian vaksin KHV..untuk penelitian saya..
    thx ya.. minta dikirim via email za 🙂

  16. 17 solvapotter Februari 19, 2010 pukul 8:00 am

    CD cara budidaya ikan mas yg benar,
    terima kasih


Tinggalkan Balasan ke esti Batalkan balasan




lanjutan blog ini/ further this blog!!!

sunarma.net2

RSS http://sunarma.net

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

sejak 23 Juni 2007

  • 116.742 pengunjung